Jumat, 22 Juli 2016

Pencuri Hati


Gerimis pagi itu, dikejutkan oleh kegaduhan dari tim forensik dan beberapa polisi. Tampak pita kuning melintang di sebuah pintu kamar rusun.
Penasaran, aku merangsek maju di kerumunan manusia yang juga ingin tahu kegaduhan apa yang terjadi.

Dari bisik-bisik yang kudengar. Seorang laki-laki mati dibunuh malam kemarin. Diperkirakan ada motif dendam. Karena, tidak ada harta yang hilang. Yang membuat bergidik, mayat korban kehilangan salah satu organ tubuhnya. Hanya satu organ, yaitu segumpal hati. Orang-orang disekitarku berbisik-bisik, menyimpulkan bahwa itu perbuatan mafia  penjual organ tubuh.
Aku tidak ikut meramaikan asumsi mereka. Cukup mendengarkan saja apa yang mereka bincangkan.

Dari melihat kondisi pintu kamar yang tidak rusak, aku berasumsi jika pelaku, pasti dikenal dekat oleh korban.
'Ah, aku terlalu banyak membaca komik Detektif Conan nih!' Pikirku sambil tersenyum.

Karena sudah tahu ada apa dengan tetangga kamarku. Aku bergegas kembali ke kamarku sendiri. Bersiap-siap pergi ke tempat kerja.

Teringat satu peristiwa di bawah rusun, kemarin siang. Aku tidak ingin menjadi saksi. Lebih baik aku pergi bekerja dan konsentrasi dengan masalahku saja. Hidupku sudah cukup rumit tanpa ditambah masalah orang lain.

******

Siang itu cukup terik, aku berlari menuju tangga rusun yang kumuh.
Gajiku hanya mampu menyewa sebuah kamar rusun di daerah ini.
Saat separuh anak tangga kulalui. Terdengar suara perempuan dan laki-laki sedang adu mulut di bawah. Semakin dekat semakin jelas aku mendengar apa yang mereka ributkan.

"Kau gila, Mas! Dulu Kau bilang hatimu hanya untukku. Knapa sekarang Kau ingin menikah dengan perempuan lain." Teriak seorang  gadis yang kuperkirakan masih berusia 20an.

"Maafkan aku, aku sudah lama ingin memutuskanmu. Tapi Kau bilang, akan bunuh diri jika kutinggalkan. Aku juga tidak tahu, mengapa cintaku padamu sirna. Dan aku juga tidak pernah menyangka kalau harus jatuh cinta lagi." Seorang lelaki muda terlihat frustasi mencoba untuk menenangkannya.

"Tidak, Mas ... Aku tidak terima. Kau sudah berjanji padaku. Hatimu hanya untukku, milikku seorang. Kau tidak boleh perlakukanku seperti ini!!" Gadis berbaju kuning itu menangis histeris dan menarik-narik tangan pemuda itu. Lalu kulihat pemuda itu berhasil melepaskan diri dan meninggalkan perempuan itu menangis bersimpuh di lantai.
Setelah itu, aku meneruskan langkahku ke kamar. Aku pun dengan cepat melupakan adegan pertengkaran itu. Karena, aku memang tidak terlalu suka mengurusi urusan orang lain.
Aku lebih memilih tidur untuk meredakan penat tubuh dan pikiranku. Mencoba membuang senyummu dari pikiranku saat kuterpejam dan terjaga.

*****

Jangan mudah berjanji, karena esok adalah misteri.
Jika janjimu terlanjur terpatri, penuhilah dengan sepenuh hati.
Hati dan cinta ini akan kubawa mati.
(seorang gadis berbaju kuning dalam tidur panjangnya di dasar sungai. Di tangannya ada segumpal hati yang sudah koyak dan secarik kertas perpisahan)