Jumat, 28 April 2017

Salah Kostum


Kakak ipar yang baru saja datang dari Sidoarjo, mengeluh. Naik kereta yang lumayan penuh penumpang, membuatnya penat. Apalagi ada pasangan muda yang membawa anak bayi, keduanya berdandan modis ala anak jaman sekarang. Si Ayah dengan gaya rambut artis korea, bajunya memakai kaos oblong, dan celana pensil. Sedangkan si Ibu tidak mau kalah, memakai kaos oblong ketat dan pendek, sedang celananya rendah dibawah puser. Entah apa namanya, karena aku kudet masalah mode. Kerenlah, pokoknya.

Awalnya semua baik-baik saja, sampai tibalah si bayi menagih haknya. Ia menangis tak henti-henti. Si Ayah dengan wajah culun terlihat bingung begitu pun dengan Ibunya. Digendong, diayun-ayun, diajak berdiri, lalu duduk lagi. Bergantian dengan Ayahnya, begitu terus. Tapi tidak berhasil menenangkan.

Akhirnya, kakak yang mulai gemas, karena sepertinya si bayi minta nenen, mulai bertanya kepada si Ibu muda, "Anaknya ngantuk mungkin, Mbak. Dikasih susu aja. Bawa botol minumnya, kan?" Asal tebak, kakak menyarankan. Karena melihat dari baju yang dikenakan, tidak memungkinkan memberi ASI.
Ibunya meringis. Dan terlihat salah tingkah. Ternyata, si Ibu salah kostum. Maunya terlihat modis, tapi lupa kalau anaknya masih ASI.

Akhirnya, dengan tidak sabar dan naluri keibuannya yang muncul. Kakakku memberi saran, sang suami menutupi tubuh istrinya yang mau tidak mau harus mengangkat kaosnya. Agar si bayi bisa mendapatkan haknya. Dan suasana pun tenang kembali. Byuh! Untung hanya pakai kaos mini. Sulit membayangkan, kalau yang dia pakai baju model long dress. Bisa horor satu gerbong, kan!

Aku lalu teringat pengalamanku sendiri.
Saat itu, anak bungsu masih berumur 1,5 tahun.
Karena malas cari gamis yang busui friendly, aku pakai gamis yang resletingnya di bagian belakang. Sekenanya saja aku ambil dari lemari. Aku pikir, " Ah, cuma diajak pergi menjemput sekolah saja, kok. Paling lama, setengah jam juga sampai rumah."

Ternyata dugaanku salah. Kakaknya minta dibelikan seragam baru, lalu kelaparan dan minta cari makan diluar, sekalian. Tidak sabar jika harus pulang dulu. Sedangkan, siang adalah jam rewel si bungsu. Karena sudah waktunya tidur siang.
Maka ... drama pun dimulai. Tangisannya yang cetar, lama kelamaan membuat bapaknya yang sedang menyetir, senewen. Sedang aku tak berdaya, salah kostum. Akses menuju ASI tertutup rapat. Tak ada celah.
Mikir keras dan GPL ( gak pake lama). Iyalah, muka bete suami dah serem banget. Hehehe
Kakak Alif aku suruh pindah ke kursi depan, bertukar  tempat denganku. Lalu di kursi tengah, aku membuat terobosan jalan agar ASI bisa sampai pada bayiku. Tidak perlu dijelaskan detailnya, ya. Intinya, ribet banget deh! Dan ... dunia pun kembali tenang.
Apa yang saya lakukan, sangat tidak disarankan dilakukan di tempat umum. Horor, saudara-saudara!

Jadi pelajaran buat ibu-ibu yang masih memberi ASI, bayi kalian tidak akan peduli. Secantik dan semodis apa ibu mereka, terutama saat mengantuk dan lapar. Yang ada di pikiran mereka cuma nenen. Maka pastikan sebelum pergi, baju kalian memiliki kemudahan menuju makanan mereka yaitu ASI.

#### TAMAT ####

Tidak ada komentar:

Posting Komentar