Jumat, 21 April 2017

Bersembunyi

Setelah sholat magrib, kami dikumpulkan di tengah lapangan basket sekolah. Letak lapangan basket itu sendiri bersebelahan dengan lapangan volly di tengah-tengah gedung sekolah. Sekolah menengah ini hanya  memiliki empat ekstra kurikuler saja. Salah satunya adalah teater.
Dan hari ini ada acara pelatihan yang merupakan salah satu jadwal rutin tiap tahun.

Setelah berkumpul, kami disuruh membawa bekal makanan yang menunya sudah ditentukan panitia. Nasi putih dengan lauk tahu tempe yang dibungkus memakai kertas minyak.

Kehebohan terjadi karena bekal tersebut harus kami makan sampai habis. Aku beruntung, karena ibu membungkuskan sedikit nasi dan tahu tempe yang telah dibumbu merah. Sedang teman-teman yang lain, ada yang dibawakan begitu banyak nasi dan lauk tahu tempe yang hanya digoreng. Kami tertawa, menertawakan teman kami tersebut. Karena ia yang terakhir menghabiskan makanannya kita bisa dengan menceritakan hal-hal yang menjijikkan. Terbayang betapa mualnya dia, sehingga tanpa sepengetahuan panitia dibuangnya makanan yang masih tersisa.
Jika orangtua kami atau panitia tahu, pasti kami tidak akan lolos dari hukuman. Karena telah membuang-buang makanan.

Setelah itu kami memasuki acara inti. Beberapa latihan di mulai. Dari latihan pernapasan, akting, gerak, dan dialog kami lewati. Di tengah-tengah acara, aku melihat sosoknya.
"Dia datang, senior playboy kelas teri" aku mengomel dalam hati.
Suasana hatiku berubah menjadi tidak nyaman.
Sengaja aku menghindari setiap dia akan mendekat.
Meskipun beberapa kali telah meminta maaf, aku tidak mau memaafkannya.

Teringat aku, akan kejadian beberapa minggu lalu.
Saat tiba-tiba dia berterus-terang mengatakan tidak ada perasaan apa-apa padaku. Setelah semua perhatiannya membiusku.
Aku merasa begitu picik telah mempercayai semua kata-kata manis darinya dan sekaligus muak seketika itu. Aku tidak akan menyukainya jika dia tidak memulainya. Sakit hatiku tiada terkira. Dan aku menelannya sendiri. Aku begitu malu jika ada yang tahu kebodohanku.

Saat melihatnya lagi sekarang. Tiba-tiba rasa sebal itu muncul kembali. Aku ingin pergi sekarang juga. Tapi malam semakin larut, tidak mungkin untuk nekat pulang.
Hanya satu keinginanku, agar acara cepat usai dan aku bisa tidur. Secepatnya esok datang dan aku akan berlari pulang.
Entah pemikiran macam apa yang merasukiku, aku akhirnya pergi ke kamar mandi sekolah. Bersembunyi. Aku malas melihatnya.
Masuk kamar mandi sekolah malam-malam dan duduk di atas bak mandinya, jika bukan karena rasa benciku pasti aku enggan melakukannya.
Diam saja di sana, tanpa melakukan apa-apa. Menunggu acara demi acara selesai.
Sampai rasa kantukku datang menyerang, kuputuskan untuk keluar. Yang terjadi biarlah terjadi. Tapi kurasa, telah lama aku bersembunyi. Mungkin sekarang acara telah selesai.

Kulihat lapangan telah sepi, dan beberapa ruang kelas yang diperuntukkan tempat beristirahat peserta, ramai oleh suara teman-teman.

Brak!

Kubuka pintu kelas agak keras. Hatiku masih kurang nyaman. Kulampiaskan dengan menghempas pintu. Teman-teman yang semula ramai, berhenti sejenak melihat kedatanganku yang cemberut. Lalu ramai kembali menyambutku.

"Kamu dari mana?" Tanya Aida dengan muka panik. Begitu juga teman-teman yang lain. Mereka segera mengerumuniku.
"Kami mencarimu ke mana-mana. Saat sadar kamu menghilang, kegiatan dihentikan. Apa kamu tadi tidak melewati kakak-kakak panitia? Mereka sekarang, pasti masih mencarimu." Berganti-ganti mereka berbicara. Bertanya bagaimana aku tiba-tiba saja menghilang. Kemana dan kenapa.

Aku bingung, diam tak tahu harus berbicara apa. Tadi lapangan terlihat sepi. Sama sekali tak ada orang. Lalu apa yang terjadi? Aku sungguh tak tahu.

#### Tamat####

Tidak ada komentar:

Posting Komentar