Minggu, 01 Oktober 2017

Kado Pernikahan

Setiap orang yang bertemu Lisya, pasti akan mengatakan jika dia adalah orang yang paling beruntung. Sebagai seorang anak yatim dengan kondisi yang memprihatinkan, bisa dipersunting anak orang kaya seperti Dimas.
Tidak ada yang tahu, pergolakan batin seorang Lisya berada di lingkungan keluarga suaminya.

Percintaan yang mereka lalui dulu, tidak mudah. Namun, mereka berhasil menikah setelah Dimas pergi dari rumah. Ibunya tak kuasa menolak keinginan anaknya. Sehingga terpaksa mengabulkan permintaan anak kesayangannya itu. Dimas adalah anak lelaki satu-satunya yang ia harapkan dapat meneruskan perusahaan milik ayahnya. Ibunya ingin, anaknya itu mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya kelak.

Satu tahun berlalu, Lisya dan Dimas masih belum dikaruniakan anak. Ibu mertua yang sedari awal membenci menantunya, seperti mendapatkan bahan untuk selalu menyiksa batin Lisya dan mengompori Dimas agar bersedia menceraikan istrinya. Apa pun yang dilakukan menantunya itu, selalu salah di depan sang mertua. Meskipun Lisya sudah berhati-hati dalam bersikap dan mencoba semua yang terbaik, agar dapat mengambil hati mertuanya.

"Maafkan mama dan aku ya, Lisy."

Hanya kata-kata Dimas itulah yang menguatkan dirinya. Dimas merasa bersalah tapi bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa, sehingga hanya bisa merangkul dan meminta maaf kepada istrinya. Cintanya tulus, tapi sulut bagi Dimas jika harus menyakiti mamanya, walau demi istrinya. Restu pernikahan yang diinginkannya dulu, tidak ia dapatkan dari hati yang tulus seorang ibu.

"Mas Dimas, maafkan aku. Bukan aku tidak bersyukur dapat semua fasilitas mewah di sini. Tapi, batinku tersiksa tak terhingga. Jika kamu berkenan, aku ingin kita menyewa rumah. Biar kecil asal kita bisa mengatur rumah tangga sendiri. Bagaimana, menurutmu?" tanya Lisya di satu kesempatan, saat mereka hanya berduaan.

"Aku sebenarnya juga memiliki pemikiran yang sama denganmu, Lisy. Bahkan sudah mengambil KPR, type rumahnya sih kecil. Tapi aku ingin kita hidup mandiri, mungkin ini jalan terbaik yang bisa aku ambil, untuk.saat ini." 

Tidak disangka-sangka, ternyata Dimas juga memiliki pemikiran yang sama untuk hidup mandiri.
Lisya pun menangis haru, merangkul dan menciumi suami tercinta.

"Aku tahu, aku tidak salah memilihmu," bisik Lisya di telinga Dimas. 

Mereka lalu meluapkan emosi suka cita dengan bergumul mesra. Melupakan sejenak, semua masalah yang akan mereka hadapi saat berhadapan dengan orang tua Dimas, terutama dengan ibunya. 

Dua bulan berlalu, Lisya mengalami tanda-tanda kehamilan. Bersamaan dengan diterimanya ijin mengajukan KPR dari Bank. Dua berita gembira, yang merupakan kado ulang tahun pernikahan setelah dua tahun pernikahan.

===Tamat===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar