Minggu, 23 Februari 2014

Kisah Cinta 3 Makhluk Hidup

Melihat ulat bulu hitam. Dengan bulunya yang lebat dan cara berjalannya yang pelahan,
membuatku tergelitik untuk membuat kisah tentang ulat bulu.

Alkisah, sebatang pohon alpukat yang tumbuh di depan rumah seorang Juragan sapi.
Pohon ini baru saja menginjak masa remaja. Tumbuh subur dengan daun hijau yang lebat dan tubuhnya begitu sehat hasil pupuk alami dari kotoran sapi.
Dengan tubuh tinggi sedang, pohon alpukat ini begitu disayang oleh pemiliknya.
Harapan untuk mendapatkan buah alpukat yang lezat selalu memberi semangat si Juragan untuk selalu setia menyiram dan memberi pupuk kandang secara rutin.
Apalagi, dengan mulai munculnya bunga-bunga alpukat yang siap menjadi buah.

Tidak disangka dan tidak pula diduga, bukan hanya si Juragan sapi yang melirik keindahan tubuh dari si pohon alpukat. Dengan daun yang segar dan rimbun, membuat sekian puluh ekor ulat bulu nemplok tanpa tahu malu. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja mereka sudah berada di pohon malang itu.
Pohon alpukat yang ramah, tidak kuasa untuk menolak kedatangan mereka.
Ulat-ulat itu begitu cantik, dengan warna kuning dari bulu mereka yang lebat.
Pada awalnya, pohon alpukat tidak berkeberatan jika mereka memanfaatkan beberapa helai daunnya yang subur untuk makanan mereka. Dia juga merasa terhibur dengan canda tawa keluarga ulat yang ternyata jenaka. Tiada hari tanpa tertawa.

Sampai suatu saat, hari sudah tidak menyenangkan lagi bagi si pohon alpukat. Si ulat yang kerjanya hanya makan, tidur, dan bercanda membuatnya sangat menderita. Seluruh daunnya hampir habis dimakan oleh ulat-ulat pemalas itu. Rasa suka pada ulat-ulat itu berubah menjadi rasa jengkel yang luar biasa pada diri pohon alpukat.

Akan tetapi, si pohon malang tidak dapat berbuat banyak. Sama halnya dengan pemilik yang menyayanginya, dia hanya pasrah. Ulat-ulat itu semakin tidaka terduga banyaknya.
Bisa terbayang bagaimana mereka yang rakus, memakan hampir semua daun dari si pohon.
Akan tetapi, seperti yang sudah digariskan. Ulat-ulat itu bertransformasi menjadi kepompong.
Bersiap-siap menjadi kupu-kupu yang indah. Dalam hitungan minggu, satu per satu ulat-ulat itu pun keluar dari kepompong masing-masing. Terbang menjadi puluhan atau mungkin ratusan kupu-kupu yang indah.
Menyaksikan proses mereka menjadi kupu-kupu, si pohon menangis. Begitu indahnya.
Ulat yang dulu sangat menyusahkan, akhirnya terbang dan pergi meninggalkannya sendiri.
Gembira, meskipun mereka pergi tanpa berterimakasih.
Tidak peduli pada keindahannya yang sekarang sudah hilang.
Si pohon alpukat menangis bahagia, karena dia tetap bisa memberikan buah alpukat lezatnya pada majikan tersayang, yaitu Juragan sapi.

Rasa geli dan gatal yang di akibatkan ulah si ulat bulu sudah tidak dia masalahkan lagi.
Tetap bersyukur karena pada umur yang masih begitu muda, dia sudah memberikan manfaat bagi banyak makhluk hidup lain.
Cintanya pada ulat-ulat yang tak tahu diri itu, tidak membuat si pohon menyesal.
Dan dia juga sangat lega karena cinta Juragan sapi sudah dibalasnya dengan memberikan buah alpukat lezat yang berlimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar