Sabtu, 23 September 2017

Menyambut Ramadan

Masjid Al-Akbar terlihat penuh sesak oleh jama'ah yang tengah khusyuk mendengarkan ceramah ustaz Farid. Pengajian yang diselenggarakan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Ustaz mengutip ayat Al-Baqarah 183, untuk menerangkan wajibnya puasa bulan Ramadan yang akan datang, sebentar lagi.

"Jadi Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak, yang dirahmati Allah. Sudahkah mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadan? Apa saja yang seharusnya disiapkan?" Ustaz mulai menerangkan tentang persiapan yang harus dilakukan seorang mukmin, jika menghadapi bulan Ramadan.

Sementara itu, di antara jama'ah pengajian perempuan, Mimin yang sedari awal ceramah dimulai telah mengantuk. Tiba-tiba berpikir dan mulai melamun. Ibu satu anak itu berpikir.

Iya, mau puasa nih. Belum mempersiapkan apa-apa nih. Mana harga barang-barang sudah mulai naik.

Dibukanya gawai layar sentuh miliknya, ia ingat teman pesbuk yang kemarin menawarkan sembako. Konon katanya, mau naik harga dua kali lipat.

Semoga belum habis terjual. Biar dah, uang belanja bulan ini habis. Mumpung ada promo.

Segera, tangannya sibuk memencet sejumlah nama di kontak WA. Mencari teman yang dimaksud.

Mimin: JENG, PROMO YANG KEMARIN MASIH? AKU MAU DONG, DUA PAKET SEMBAKONYA. YANG BELI SERBET MAKAN SELUSIN BISA TEBUS MINYAK GORENG SEHARGA 22.900 ITU LHO.

Teman Mimin: OH, YANG KEMARIN DAH LANGSUNG ABIS CYIN. ADA PROMO BARU LAGI, BELI 2 CENTONG NASI CANTIK, BISA TEBUS MURAH GULA SEHARGA 11.700. HARGA NORMAL 13RB/KG LHO. DAN MAU NAIK LAGI JADI 15RB. MAU TAH, MUMPUNG MASIH ADA DUA PAKET NIH.

Mimin galau sejenak. Kalau gak diambil, ntar nyesel. Diambil, centong nasi di rumah masih bagus.

Ah, tapi kan bisa untuk simpanan. Mumpung promo ini.

Akhirnya, dia pun mengambil paketan itu. Dan tanpa terasa, ibu muda itu membeli juga beberapa barang yang ditawarkan selanjutnya.

Beberapa hari kemudian, semua barang pesanan datang. Dan sejumlah uang pun berpindah tangan. Mimin termenung, gundah gulana di depan barang-barang pesanannya yang menumpuk di atas meja makan. Di sebelahnya tergeletak dompet warna pink kusam dengan resleting menganga. Habis sudah uang belanja jatah sebulan.

"Bulan puasa belum datang, kamu sudah beli gula, minyak, tepung, kacang ijo, agar-agar, makanan kaleng, sirup, baju-baju, sandal, sarung. Ini lagi, segala centong nasi, sendok garpu plastik, garukan punggung, gelas, piring. Semua sudah ada, dan belum digunakan. Kenapa beli lagi?" Suaminya marah-marah sambil ngomel-ngomel melihat tumpukan barang yang dipesan istrinya.

"Puasa, seharusnya pengeluaran bisa lebih irit, Mah. Ceramah kemarin, Ustaz bilangnya begitu. Bukan malah membengkak, Mah. Ini malah, puasa juga belum. Sudah kalap belanja. Terus, hari ini kita mau makan apa? Uang papah cukup buat bensin, nih!"

"Yaaa ... terpaksa, kita makan seadanya ini aja. Agar-agar sama sarden, Pah. Soalnya Mamah lupa, beras kita sudah habis. Maaf ya, Pah. Mamah telah khilaf." Mimin menjawabnya dengan kalem.

"Apa?!" Suaminya langsung garuk-garuk tembok karena kesal.

===Tamat===

*tulisan ini pernah diikutkan 30 days challenge, yang diselenggarakan infinity lovink di laman FB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar